Kalau selama ini sekolah selalu diidentikkan dengan ruangan kelas, papan tulis, meja dan kursi yang tertata rapi, lain halnya dengan beberapa sekolah berikut yang mendobrak sterotipe itu. Inovasi yang mereka lakukan untuk membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bersahabat terbilang beragam, dari merombak ruangan belajar, kurikulum sampai dengan mengintegrasikan teknologi dunia maya untuk mendidik murid-muridnya. Tidak heran, mereka mengklaim dirinya sebagai sekolah masa depan. Seperti apa aja sih sekolah-sekolah itu? Mari kita lihat
1. Playmaker School, Los Angeles
Sekolah terobosan baru yang diprakarsai oleh Bill dan Melinda Gates ini merealisasikan konsep belajar sambil bermain yang sebenarnya. Bagaimana tidak? Mereka menyelipkan kurikulum pelajaran dalam game-game kesukaan anak-anak seperti roller coaster, video game dan game simulasi. Di sini setiap murid dibekali dengan peta petualangan belajar interaktif di mana mereka bisa memilih sendiri modul belajar yang ingin ditempuh. Dengan demikian, setelah mereka menyelesaikan modul tertentu, mereka akan mengetahui apa saja yang telah dipelajari serta kemampuan apa yang telah dicapai. Selain itu, sekolah yang baru beroperasi sejak September 2012 ini juga memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebookdan Twitter sebagai media komunikasi dengan wali murid.
Sekolah terobosan baru yang diprakarsai oleh Bill dan Melinda Gates ini merealisasikan konsep belajar sambil bermain yang sebenarnya. Bagaimana tidak? Mereka menyelipkan kurikulum pelajaran dalam game-game kesukaan anak-anak seperti roller coaster, video game dan game simulasi. Di sini setiap murid dibekali dengan peta petualangan belajar interaktif di mana mereka bisa memilih sendiri modul belajar yang ingin ditempuh. Dengan demikian, setelah mereka menyelesaikan modul tertentu, mereka akan mengetahui apa saja yang telah dipelajari serta kemampuan apa yang telah dicapai. Selain itu, sekolah yang baru beroperasi sejak September 2012 ini juga memanfaatkan jejaring sosial seperti Facebookdan Twitter sebagai media komunikasi dengan wali murid.
2. Quest to Learn, New York
Serupa tapi tak sama dengan Playmaker, sekolah yang juga berbasis bermain sambil belajar ini juga menggarap ide problem-solving dan role-play sebagai dasar dari metode pendidikannya. Berbeda dengan metode konvensional di mana guru menjadi sentral perhatian di kelas, sebaliknya di sini murid diajak berpartisipasi aktif dan menjadi aktor utama dalam kegiatan pembelajaran. Quest to Learn tidak seperti Playmaker yang terang-terangan menjadikan game sebagai pilar utama pembelajarannya. Sekolah ini hanya menggunakan prinsip dasar untuk menciptakan pengalaman belajar anak yang menyerupai sebuah permainan sehingga materi yang diajarkan dapat diterima dengan baik.
Serupa tapi tak sama dengan Playmaker, sekolah yang juga berbasis bermain sambil belajar ini juga menggarap ide problem-solving dan role-play sebagai dasar dari metode pendidikannya. Berbeda dengan metode konvensional di mana guru menjadi sentral perhatian di kelas, sebaliknya di sini murid diajak berpartisipasi aktif dan menjadi aktor utama dalam kegiatan pembelajaran. Quest to Learn tidak seperti Playmaker yang terang-terangan menjadikan game sebagai pilar utama pembelajarannya. Sekolah ini hanya menggunakan prinsip dasar untuk menciptakan pengalaman belajar anak yang menyerupai sebuah permainan sehingga materi yang diajarkan dapat diterima dengan baik.
3. Telefonplan School, Stockholm
Lain lagi cerita sekolah masa depan yang didirikan di Swedia sejak Agustus 2011 lalu. Telefonplan school menciptakan standar baru dalam hal lingkungan sekolah. Sekolah yang interiornya didesain oleh arsitek Rosan Bosch ini tidak memiliki ruang kelas. Bukan hanya itu, sekolah dirancang seperti rumah bermain di mana tidak ada batas antara ruangan yang satu dengan yang lain. Desain yang futuristik dan penggunaan perabot yang modern diyakini membuat anak-anak mendefiniskan kegiatan belajar di sekolah sebagai sesuatu yang penuh dengan petualangan. Di samping itu, dengan atmosfer yang berbeda ini, anak-anak diharapkan mampu mengembangkan rasa keingintahuan dan kreativitasnya lebih jauh lagi.
Lain lagi cerita sekolah masa depan yang didirikan di Swedia sejak Agustus 2011 lalu. Telefonplan school menciptakan standar baru dalam hal lingkungan sekolah. Sekolah yang interiornya didesain oleh arsitek Rosan Bosch ini tidak memiliki ruang kelas. Bukan hanya itu, sekolah dirancang seperti rumah bermain di mana tidak ada batas antara ruangan yang satu dengan yang lain. Desain yang futuristik dan penggunaan perabot yang modern diyakini membuat anak-anak mendefiniskan kegiatan belajar di sekolah sebagai sesuatu yang penuh dengan petualangan. Di samping itu, dengan atmosfer yang berbeda ini, anak-anak diharapkan mampu mengembangkan rasa keingintahuan dan kreativitasnya lebih jauh lagi.
4. Het 4e Gymnasium, Amsterdam
Kalau kebanyakan sekolah menganut paham anti- jejaring sosial, murid-murid di sekolah ini justru menggunakan fitur timeline Facebook sebagai media pembelajaran untuk mata pelajaran sejarah. Dengan demikian, mereka bisa lebih mudah memahami kronologis sebuah peristiwa sejarah.Timeline yang dilengkapi dengan unggahan video, audio atau ilustrasi pendamping ini dibuat per bab oleh para murid. Contohnya, timeline mengenai ekspedisi Magellan atau timeline keruntuhan Uni Sovyet. Karena dibuat di Facebook, hal ini memungkinkan bagi murid-murid dari belahan dunia lain untuk mengaksesnya juga.
Kalau kebanyakan sekolah menganut paham anti- jejaring sosial, murid-murid di sekolah ini justru menggunakan fitur timeline Facebook sebagai media pembelajaran untuk mata pelajaran sejarah. Dengan demikian, mereka bisa lebih mudah memahami kronologis sebuah peristiwa sejarah.Timeline yang dilengkapi dengan unggahan video, audio atau ilustrasi pendamping ini dibuat per bab oleh para murid. Contohnya, timeline mengenai ekspedisi Magellan atau timeline keruntuhan Uni Sovyet. Karena dibuat di Facebook, hal ini memungkinkan bagi murid-murid dari belahan dunia lain untuk mengaksesnya juga.
5. Clevedon School, Bristol
Satu lagi sekolah yang memanfaatkan situs edukasi untuk membantu murid-murid menyerap dan memahami materi dengan baik. Sekolah yang terletak di Inggris ini menggunakan BrainPop, sebuah situs animasi edukatif untuk anak-anak yang mencakup berbagai subjek mata pelajaran. Bahan-bahan pelajaran di situs yang memiliki lebih dari 1,000 film pendek edukatif ini ditujukan untuk anak-anak sekolah dasar hingga menengah. Tidak hanya itu, ternyata sekolah yang telah mengintegrasikan ipad sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar ini juga telah menggunakan jejaring sosial Twitter untuk membuat pengumuman dan berkomunikasi dengan murid dan wali murid.
Satu lagi sekolah yang memanfaatkan situs edukasi untuk membantu murid-murid menyerap dan memahami materi dengan baik. Sekolah yang terletak di Inggris ini menggunakan BrainPop, sebuah situs animasi edukatif untuk anak-anak yang mencakup berbagai subjek mata pelajaran. Bahan-bahan pelajaran di situs yang memiliki lebih dari 1,000 film pendek edukatif ini ditujukan untuk anak-anak sekolah dasar hingga menengah. Tidak hanya itu, ternyata sekolah yang telah mengintegrasikan ipad sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar ini juga telah menggunakan jejaring sosial Twitter untuk membuat pengumuman dan berkomunikasi dengan murid dan wali murid.
Teknologi telah menyelimuti semua aspek kehidupan kita, tak terkecuali bidang pendidikan. Bila selama ini banyak institusi pendidikan yang menganggap ketergantungan terhadap teknologi sebagai sesuatu yang membawa dampak buruk bagi mental anak, hal sebaliknya justru dilakukan oleh sekolah-sekolah di atas. Mereka membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi sahabat yang baik untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Teknologi di era modern ini tentunya berbeda dengan teknologi yang eksis 30 tahun yang lalu. Begitu juga anak-anak generasi zaman sekarang yang jelas tidak tumbuh di lingkungan yang sama dengan anak-anak generasi sebelumnya. Maka, metode pendidikan pun perlu berevolusi mengikuti perkembangan zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar